Kamis, 28 Agustus 2014

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E P4A0  POST PARTUM SPONTAN     DENGAN POST MANUAL PLASENTA HARI KE - 5 
 ATAS INDIKASI RETENSIO PLASENTA
 DI RUANG KALIMAYA RSU dr. SLAMET GARUT



KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut


Disusun Oleh :
INTAN ROHAENI
NIM : KHG A.11112







SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
PRODI D III KEPERAWATAN

2014




87 Halaman, 4 bab, 10 Tabel, 1 Lampiran

ABSTRAK
Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab dari perdarahan post partum. Retensio plasenta dapat terjadi pada persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Data yang di dapatkan dari RSU dr. Slamet periode Januari- Juni 2014 terdapat kasus tindakan manual plasenta atas indikasi retensio plasenta sebanyak 22,1%. Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah bayi lahir. Retensio plasenta tidak hanya berperan atau menjadi bagian penting dari proses persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol perdarahan. Penyebab retensio plasenta antara lain : his kurang kuat, plasenta sukar lepas dan grandemultipara. Komplikasi pada retensio plasenta adalah perdarahan, infeksi dan syok haemoragik dan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi terjadinya komplikasi  pada retensio plasenta yaitu dengan cara melakukan tindakan manual plasenta. Adapun komplikasi yang harus dihindari setelah melakukan tindakan manual plasenta seperti terjadi perforasi uterus, terjadi infeksi, terjadi perdarahan sehingga penulis tertarik untuk memaparkannya dalam Karya Tulis Ilmiah sebagai wujud toleransi tanggung jawab dalam mengatasi masalah post manual plasenta dan diharapkan dapat bermanfaat dan hal ini diterapkan dalam Asuhan Keperawatan Pada Ny. E P4 A0 Post Partum Spontan dengan Post Manual Plasenta Atas Indikasi Retensio Plasenta di RSU dr. Slamet Garut. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul sebagai berikut Kekurangan volume cairan berhubungan, perubahan perfusi jaringan Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status kesehatan, risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan , risiko tinggi terhadap infeksi, risiko tinggi terhadap nyeri, kurang pengetahuan, risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua, namun diagnosa keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi yang diimplikasikan dengan konsep dasar yaitu : kekurangan volume cairan, nyeri akut, gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi, risiko tinggi terjadi infeksi.


Daftar pustaka 8 buah (Tahun 2001 s/d 2009)



DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................  i
Halaman Persetujuan Pembimbing................................................................   ii
Halam Pengesahan.........................................................................................   iii
Daftar Isi........................................................................................................   iv
Kata Pengantar..............................................................................................   v

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..................................................................................  1
B.     Tujuan Penulisan................................................................................ 5
C.     Metode Telaahan ..............................................................................  6
D.    Sistematika penulisan ........................................................................  9

BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep Dasar Retensio Plasenta dan Manual Plasenta ....................  10
1.      Definisi Retensio Plasenta........................................................... 10
2.      Jenis Retensio Plasenta ...............................................................  11
3.      Etiologi Retensio Plasenta ..........................................................  11
4.      Patofisiologi Retensio Plasenta.................................................... 13
5.      Fisiologi Plasenta......................................................................... 13
6.      Fisiologi Pelepasan Plasenta........................................................ 14
7.      Predisposisi Retensio Plasenta..................................................... 15
8.      Tanda dan Gejala Retensio Plasenta............................................ 15
9.      Koplikasi Retensio Plasenta......................................................... 16
10.  Penanganan Retensio Plasenta..................................................... 16
11.  Definisi Manual Plasenta............................................................. 17
12.  Prosedur Klinik Manual Plasenta ................................................  18
13.  Komplikasi Tindakan Manual Plasenta........................................ 22
B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan................................................. 34
1.      Pengkajian.................................................................................... 34
2.      Diagnosa Keperawatan................................................................ 44
3.      Rencana Keperawatan................................................................. 45
4.      Implementasi................................................................................ 55
5.      Evaluasi........................................................................................ 55

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
1.      Pengkajian.................................................................................... 56
2.      Analisa Data................................................................................ 67
3.      Diagnosa Kperawatan.................................................................. 68
4.      Proses Keperawatan..................................................................... 70
5.      Catatan Perkembangan................................................................ 76
6.      Pembahasan................................................................................. 79

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.    Kesimpulan........................................................................................ 86
B.     Rekomendasi..................................................................................... 87
Daftar Pustaka
Lampiran


KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi atas nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Sholawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai motivator terbaik bagi penulis dalam menuntut ilmu.
Karya tulis ilmiah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan di STIKES Karsa Husada Garut.
Selesainya karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan serta dukungan dari  berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyempatkan dalam pengantar yang singkat ini untuk mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1.      Allah SWT. yang senantiasa memberikan Perlindungan dan Rahmat-Nya.
2.      Bapak Dr.(Hc) H. Amas Setiana Ketua Pembina Yayasan Dharma Husada Insani.
3.      Bapak dr. H. Kurnadi Wakil Ketua Pembina Yayasan Dharma Husada Insani.
4.      Bapak H. Saepudin, S.Sos.,M.Mkes Ketua PengurusYayasan Dharma Husada Insani.
5.      Bapak Engkus Kusnadi, S.Kep.,M.Kes Ketua STIKes Karsa Husada Garut.
6.      Ibu Sri Yekti Widadi, S. Kp KA Prodi D III Keperawatan STIKES Karsa Husada Garut dan sebagai pembimbing akademis dalam penulisan karya tulis ini yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingannya.
7.      Staf dosen DIII Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut yang telah memberikan begitu banyak ilmu pengetahuan.
8.      Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dorongan kepada penulis baik secara moril maupun materil selama mengikuti pendidikan Akademi Keperawatan Karsa Husada Garut.
9.      Kakak dan Adik tersayang yang selalu membuat penulis semangat untuk meyusun karya tulis ini.
10.  Keluarga  Besar penulis yang tak henti-hentinya memberikan support dan kasih sayangnya untuk penulis.
11.  Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam pemecahan dan pencarian literatur serta dukungan yang tak ternilai sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
12.  Barudak Kelas C Angkatan 18, yang merupakan keluarga bagi penulis selama di kampus, mereka semua ISTIMEWA.
13.  Power Ranger’s (Eno, Rani, Kiki dan Ima), 3 tahun bersama mereka penulis amat bahagia dan Bersyukur bisa bersama mereka.
14.  Kelompok Maternitas bimbingan Bu Wiwit (Kiky, Eno, Hilda, Eri, Indah, The Eva, Rina) teman seperjungan dalam menyusun karya tulis ini.
15.  Keluarga Ibu Eti yang telah mengizinkan penulis untuk merawatnya selama 5 hari.

Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya. Penulis pun mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan karya tulis ini hingga selesai.

Garut, Juli 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan masyarakat, sehingga menjadi salah satu target yang telah ditentukan yang harus dicapai dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu tujuan ke-5, yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan mengurangi. Berdasarkan kesepakatan MDGs pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000.Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian perinatal (AKP) yang masih tinggi telah lama mengundang perhatian pemerintah. Menurut hasil berbagai survei, AKI di Indonesia tahun 2014 berkisar antara 300 dan 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di negara maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup. AKI yang tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%).
Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015, Making Pregnancy Safer mempunyai visi dan misi untuk mencapai Indonesia sehat 2015. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup sehat. Sedangkan misi Making Pregnancy Safer menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2011)
Angka kematian ibu di Indonesia,  khususnya di Provinsi Jawa Barat berjumlah 490/100.000 yang disebabkan oleh perdarahan 30%, eklampsia 25%, dan infeksi 12%.
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. (Prawirohardjo, 2005).
Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 cc selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan bertanggung jawab atas 28% kematian ibu, salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas yang terjadi karena retensio plasenta, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang baik dan benar yang dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan khususnya dalam pertolongan persalinan, peningkatan manajemen Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang merupakan prioritas dalam pembangunan sektor kesehatan guna pencapaian target MDG’s.
Pada kejadian retensio plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu 30 menit tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual.
Table 1.1
Kasus Post Partum Spontan dengan Berbagai Kasus Penyerta
Periode Januari – Juni 2014 Di Ruang Kalimaya Bawah
RSU dr. Slamet Garut

No
Kasus penyerta
Jumlah
Presentase
1
Partus Aterm
92
35,1%
2
PEB
63
24%
3
Retensio Plasenta
58
22,1%
4
KPSW
27
10,3%
5
IUFD
9
3,43%
6
Prematur
8
3,1%
7
Perdarahan
5
2%
Jumlah
262
100%
Sumber : Pelaporan dan Pencatatan Ruang Kalimaya Bawah RSU dr. Slamet Garut
Dari data di atas didapatkan keterangan bahwa jumlah pasien  partus spontan dengan retensio plasenta selama bulan Januari sampai Juni 2014 di ruang kalimaya bawah adalah sebanyak 58 kasus. Persalinan spontan dengan retensio plasenta merupakan salah satu masalah dalam persalinan yang dapat menimbulkan komplikasi terjadi perdarahan, infeksi, dapat terjadi plasenta inkarserata, terjadi polip plasenta, syok haemoragik. Sehingga apabila 30 menit plasenta belum lahir tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta. (Prawirohardjo, 2005). Adapun kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan setelah melakukan tindakan manual palsenta yaitu perforasi uterus, terjadi infeksi akibat terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke  dalam rongga rahim dan terjadi perdarahan karena atonia uteri. (Manuaba, 2007).

Berdasarkan beberapa uraian tersebut maka penulis merasa tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul                                          “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E DENGAN POST MANUAL PLASENTA ATAS INDIKASI RETENSIO PLASENTA HARI KE-5 DI RUANG KALIMAYA RSU dr. SLAMET GARUT’’.
B.     Tujuan penulisan
1.      Tujuan umum
Dalam penulisan studi kasus ini di harapkan penulis memperoleh wawasan, pengalaman dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan post partum pada Ny. E secara langsung dan komprehensip meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual terhadap klien post manual plasenta atas indikasi retensio plasenta dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui tahap proses keperawatan dan mendokumentasikannya dalam bentuk laporan studi kasus.
2.      Tujuan khusus
a.       Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. E dengan menggunakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan dan menganalisis data serta dapat menegakan diagnosa keperawatan.
b.      Penulis dapat merumuskan masalah-masalah keperawatan yang mungkin timbul pada Ny. E.
c.       Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan  untuk memenuhi kebutuhan pada Ny. E berdasarkan prioritas masalah yang bertujuan membantu mengatasi masalah klien.
d.      Penulis dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. E sesuai dengan rencana tindakan yang telah di tentukan.
e.       Penulis dapat mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah di lakukan pada klien Ny. E  berdasarkan tujuan yang telah di tetapkan.
f.       Penulis dapat mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan maternitas dengan kasus post partum spontan dengan post manual plasenta atas indikasi retensio plasenta.
C.    Metode penulisan
Metode yang di gunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah metode deskriptif berbentuk studi kasus yaitu suatu metode yang menggambarkan kelompok dalam mengamati dan merawat kasus yang di pilih dalam bentuk laporan penerapan asuhan keperawatan pendekatan proses keperawatan secara komprehensip meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah sebagai berikut :




1.      Wawancara
Dilakukan dengan percakapan langsung pada klien, keluarga, dan perawat ruangan, untuk mendapatkan data yang diperlukan mengenai identitas klien, riwayat kesehatan, data psikologis, social dan spiritual serta data penunjang lainnya yang berhubungan dengan kasus post manual plasenta atas indikasi retensio plasenta.
2.      Observasi
Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan melalui pengamatan visual, melalui pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi juga didukung oleh data penunjang.
3.      Studi kepustakaan
Data yang didapatkan adalah dari literatur yang berkaitan erat dengan kasus yang dialmi oleh klien.
4.      Studi dokumentasi
Penulis membaca dan mengumpulkan data dari status klien terdahulu yang menderita penyakit dan gangguan yang sama dan menerangkan pada klien untuk memecahkan masalah.
Sedangkan sumber dan jenis data yaitu :


a.       Sumber data
1)      Data primer
Yaitu data yang didaptkan langsung dari klien melalui teknik wawancara langsung, observasi dan hasil pengukuran.
2)      Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh selain dari klien juga dari sumber lain seperti keluarga, stasus klien dan dari tim kesehatan lain seperti pemeriksaan yang bersifat objektif.
b.      Jenis data
1)      Data subjektif
Adalah data yang diperoleh dari klien berupa ungkapan perasaan klien atau keluhan yang dirasakan klien.
2)      Data objektif
Adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palapasi, perkusi dan auskultasi.







D.    Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, maka penulis uraikan sistematikanya adalah sebagai berikut :
       BAB I      : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II     : Landasan teori yang menguraikan tentang konsep dasar retensio plasenta, post manual plasenta dan post partum. Selain itu juga membahas mengenai pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB III : Tinjauan kasus dan pembahasan menguraikan dokumentasi asuhan keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi keperawatan dan catatan perkembangan.
BAB IV   : Kesimpulan dan rekomendasi menguraikan kesimpulan dan rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi rekomendasi yang operasional.





BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep Dasar
1.      Retensio Plasenta               
a.      Definisi Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2009)
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. (Manuaba, 2006 )
Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir setengah jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008)
Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.



b.      Jenis  Retensio Plasenta       
1)       Plasenta Adhesive : Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2)      Plasenta Akreta : Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
3)      Plasenta Inkreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
4)      Plasenta Perkreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan serosa dinding uterus hingga ke peritoneum.
5)      Plasenta Inkarserata : Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. (Prawirohardjo, 2009)
c.       Etiologi Retensio Plasenta
Penyebab retensio plasenta adalah :
1)        Fungsional:
a)        His kurang kuat (penyebab terpenting)
b)        Plasenta sukar terlepas karena :
Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya : Plasenta membranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yang sangat kecil.
2)        Patologi – anatomi:
a)        Plasenta akreta
b)        Plasenta inkreta
c)        Plasenta perkreta. (Sastrawinata, 2005)
Tabel 2.1
Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta

Gejala
Separasi / Akreta Parsial
Plasenta Inkarserata
Plasenta Akreta
Konsistensi uterus
Kenyal
Keras
Cukup
Tinggi findus
Sepusat
2 jari bawah pusat
Sepusat
Bentuk uterus
Diskoid
Agak globuler
Diskoid
Perdarahan
Sedang-banyak
Sedang
Sedikit / tidak ada
Tali pusat
Terjulur sebagian
Terjulur
Tidak terjulur
Ostium uteri
Terbuka
Kontriksi
Terbuka
Separasi plasenta
Lepas sebagian
Sudah lepas
Melekat seluruhnya
Syok
Sering
Jarang
Jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat
              (Prawirohardjo, 2009).




d.      Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang.
e.       Fisiologi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Plasenta berfungsi sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin. (Prawirohardjo, 2009)
f.       Fisiologi Pelepasan Plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi myometrium sehinga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berintraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta  dari uterus dan mendorong keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta. (WHO, 2001)




g.      Predisposisi Retensio Plasenta
Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu :
a)      Grandemultipara.
b)      Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas.
c)      Kasus  infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis.
d)     Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam.
e)      Bekas operasi pada uterus. (Manuaba, 2007)

h.      Tanda dan Gejala Retensio Plasenta
Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat putus akibat traksi yang berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. (Prawirohardjo, 2009)



i.        Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
1)      Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
2)      Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan pertumbuhan bakteri.
3)      Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan kontraksi pada ostium baik.
4)      Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
5)       Syok haemoragik. (Prawirohardjo, 2005)
j.        Penanganan Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial :
1)      Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.
2)      Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekspulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat.
3)      Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg /rektal.
4)      Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan harus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan.
5)      Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.
6)      Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 gr IV/oral + metronidazol l gr supositoria/oral).
7)      Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik. (Prawirohardjo, 2009)

2.      Manual Plasenta
a.      Definisi Manual Plasenta
Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual. Arti dari manual adalah dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukan langsung kedalam kavum uteri. (Prawirohardjo, 2009)
b.      Indikasi
1)      Retensio plasenta/plasenta adhesive

c.       Kontra indikasi
1)      Plasenta inkreta
2)      Plasenta perkreta
d.      Prosedur Klinik Plasenta Manual
1)      Persetujuan tindakan medik
2)      Persiapan sebelum tindakan
a)     Pasien
(1)   Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
(2)   Uji fungsi dan klengkapan peralatan resusitasi.
(3)   Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
(4)   Medikamentosa :
(a)  Analgetik (Pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin,
Hcl 0,5 mg/kg BB, tramadol 1-2 mg/kg BB).
(b)  Sedativa (diazepam 10 mg)
(c)  Atropine Sulfat 0,25-0,50 mg/ml
(d) Uterotonika (Oksitosin, ergometrin, prostaglandin)
(e)  Cairan NaCl 0,9% dan RL
(f)   Set infuse
(5)   Larutan antiseftik (Povidon Iodin 10% )
(6)   Oksigen dengan regulator
b)    Penolong (operator dan asisten)
(1)   Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set.
(2)   Sarung tangan steril : sebaiknya sarung tangan panjang.
(3)   Alas kaki (spatu/”boot” karet) : 3 pasang.
(4)   Instrumen :
·        Kocher : 2, spuit 5ml dan jarum suntik No. 23 G
·        Mangkok logam (wadah plasneta)
·        Kateter dan penampung air kemih
·        Benang kromik
·        Set partus
3)      Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
4)      Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri
a)      Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgetik melalui karet infuse.
b)      Lakukan katerisasi kandung kemih.
c)      Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai.
d)     Secara obstetric masukan satu tangan (punggung tangan ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
e)      Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher, kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
f)       Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan dalam ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
g)      Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk).
5)      Melepas Plasenta Dari Dinding Uterus
a)      Tentukan impalntasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.
b)      Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan ke kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
6)      Pengeluaran Plasenta
a)      Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
b)      Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan.
c)      Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).
d)     Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
e)      Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsalkranial setelah plasenta lahir.
(Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar).
7)      Dekontaminasi Pasca Tindakan
8)      Cuci Tangan Pasca Tindakan
9)      Perawatan Pasca Tindakan
a)      Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan.
b)      Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang tersedia.
c)      Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
d)     Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
e)      Jelasakn pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan. (Prawirohardjo, 2009)



Gambar Teknik Manual Plasenta


                        A                                             B                                 C
Gambar Teknik Manual Plasenta : (A) Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut; (B) Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus;
(C) Mengeluarkan plasenta.

e.       Komplikasi Tindakan Plasenta Manual
1)      Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
a)      Terjadi perforasi uterus
b)      Terjadi infeksi akibat terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke  dalam rongga rahim
c)      Terjadi perdarahan karena atonia uteri.
2)      Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan :
a)      Memberikan uterotonika intravena atau intramuscular
b)      Memasang tamponade utero vaginal
c)      Memberikan antibiotika
d)     Memasang infus dan persiapan tranfusi darah. (Manuaba, 2007)
3.      Post Partum
a.      Definisi
Post partum adalah mulai setelah partus selesai, berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Prawihardjo, 2006)
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. (Bobak, 2005)
Jadi dapat disimpulkan bahwa post partum adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ kembali ke keadaan tidak hamil.
b.      Periode Post Partum
Pembagian nifas di bagi 3 bagian, yaitu :
1)      Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2)      Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3)      Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau tahunan.
c.       Adaptasi Fisiologis Post Parum
1)      Sistem Reproduksi
a)      Uterus
(1)   Proses Involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar  uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dan beratnya kira-kira 1000 gr.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilicus dan simpisis pubis. Uterus tidak bisa di palpasi pada abdomen pada hari ke 9 pasca partum.
Uterus yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50 sampai 60 gr. (Bobak, 2005)
(2)   Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin yang sangat besar. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. (Bobak, 2005)


(3)     Afterpain
Relaksasi dan kontraksi yang periodik yang  bisa menimbulkan nyeri yang bertambah sepanjang masa awal puerperium. Menyusi dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus. Sering dialami oleh multipara (Bobak, 2005).
(4)     Tempat plasenta
Berada pada area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Regenerasi endometrium selesai pada minggu ketiga postpartum kecuali bekas plasenta. Regenerasi bekas tempat plasenta biasanya tidak selesai sampai enam minggu postpartum. (Bobak, 2005)
(5)     Lokhea
      Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokhea, mula-mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. macam - macam lokhea :
a.       Lokhea Rubra
Cairan yang keluar pada hari ke 1 sampai hari ke 3 post partum, berwarna merah karena mengandung darah dan desidua.
b.     Lokhea Sanguinolenta
Cairan yang berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4-7.
c.      Lokhea Serosa
Cairan yang keluar pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum, berwarna merah muda, kuning, lokhea serosa mengandung cairan serosa jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.
d.     Lokhea Alba
     Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri, jumlah sedikit warna putih/hampir tidak berwarna dan lamanya 2-6 minggu post partum. (Varney’s, 2008)
b)      Serviks
             Serviks menjadi lunak setelah melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan sedikit laserasi kecil. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan menutup secara bertahap. (Bobak, 2005)
c)    Vagina dan Perineum
Penipisan mukosa dan hilangnya rugae. Penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Introitus mengalami eritematosa dan edematosa terutama pada daerah episiotomi atau jalan laserasi. Hemoroid (varises anus) umumnya terlihat dan biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir. (Bobak, 2005)
d)     Payudara
             Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, krotisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. (Bobak, 2005).
e)     Abdomen
       Hari pertama setelah melahirkan abdomen menonjol. Dalam 2 minggu setelah melahirkan, dinding abdomen akan rileks. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh kembali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil striae menetap. Pengembalian tonus otot bergantung pada kondisi tonus otot sebelum hamil, latihan fisik yang tepat dan jumlah jaringan lemak. (Bobak, 2005)
2)      Sistem Endokrin
a)    Hormon plasenta
             Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human placenta lactogen (HPL), estrogen, progesteron dan kortisol. Kadar terendah dicapai kira-kira satu minggu pascapartum.  Pada wanita yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi daripada wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke-17. (Bobak, 2005)
b)   Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
       Ovulasi dan menstruasi berbeda pada wanita menyusui dan yang tidak menyesui. Kadar prolaktin serum tinggi pada wanita menyusui. Wanita tidak  menyusui terjadi ovulasi dini (27 hari setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata 70-75 hari) dan pada wanita menyusui, ovulasi terjadi sekitar 190 hari. (Bobak, 2005)


3)      Sistem Urinarius
      Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira 2 sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi uterus serta pelvis ginjal kembali keadaan sebelum hamil. (Bobak, 2005).
4)      Sistem Cerna
a)      Nafsu makan
Nafsu makan meningkat setelah melahirkan.
b)      Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2 - 3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan. (Bobak, 2005)
5)      Sistem Kardiovaskuler
      Pada sistem kardiovaskuler akan kembali normal (pada nilai sebelum kehamilan) dalam waktu dua minggu pasca persalinan. Pada waktu 24 jam pertama terjadi “hypervolemic” akibat adanya pergeseran cairan ekstravaskuler kedalam ruang intravaskuler. Volume darah dan plasma normal kembali pada minggu kedua.  (Bobak, 2005).
Tanda – tanda vital :
a)      Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau menetap. Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing dapat timbul dalam 48 jam pertama. Pada proses persalinan terjadi peningkatan sekitar 15 mmHg untuk asistole dan 10 mmHg untuk diastole.
b)      Nadi
Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Pada minggu kedelapan sampai kesepuluh setelah melahirkan denyut nadi kembali normal 60 – 80 x/menit.
c)      Pernapasan
Pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan yaitu 16 – 24 x/menit.
d)     Suhu
Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 380 C sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam kembali normal.

6)      Sistem neurologis
      Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami  wanita saat bersalin dan melahirkan. (Bobak, 2005)
7)      Sistem musculoskeletal
      Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. (Bobak, 2005)
8)      Sistem integumen
      Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di aerola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. (Bobak, 2005)






d.      Adaptasi Psikologis
            Perubahan emosi selama masa post partum memiliki berbagai bentuk dan variasi. Perubahan psikologi pasca partum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase yaitu (Reva Rubin) :
1.      Fase Taking In (ketergantungan)
      Terjadi 1-2 hari post partum, dimana pada fase ini fokus ibu pada dirinya sendiri dan tergantung orang lain. Ibu selalu menceritakan pengalaman­-pengalamannya saat melahirkan.
2.      Fase Taking Hold (tergantung-tidak tergantung)
      Terjadi 3 hari post partum berakhir minggu ke-4 sampai minggu ke-5, dimana ibu mulai antusias merawat bayinya.
3.       Fase Independent (letting go)
      Dimulai minggu ke-5 sampai minggu ke-6 post partum. Secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab secara normal dan menerima bayinya sebagai bagian dari dirinya.







B.     Pendekatan Proses Keperawatan
            Proses keperawatan adalah suatu  metoda yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah-masalah tersebut.
Masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga, orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klien.
            Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perawat berusaha mengatsi masalah-masalah kesehatan melalui penerapan 5 tahap proses keperawatan, yaitu :
1.      Pengkajian
      Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi tentang klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Adapun dalam pengkajian yang harus dilakukan  adalah :
a.       Pengumpulan data
Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan dan kesehatan klien meliputi :


1)      Identitas
a)      Klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan akhir, pekerjaan, suku bangsa, alamat, no medrek, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b)      Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, hubungan dengan klien.
2)      Riwayat kesehatan
a)      Keluhan utama
       Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat itu. Pada klien post manual plasenta mengeluh pusing karena perdarahan akibat dari komplikasi retensio plasenta. (Manuaba, 2007)
b)      Riwayat kesehatan sekarang
       Mengenai penyakit yang dirasakan klien pada saat di rumah sampai klien harus di rawat di rumah sakit dengan menggunakan teknik PQRST.
Pada umumnya klien di bawa ke rumah sakit dengan alasan perdarahan post partum akibat retensio plasenta atau terlambatnya kelahiran plasenta dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Penanganan pertama pada klien retensio plasenta yaitu dilakukannya tindakan manual plasenta. Pada klien post manual plasenta mengeluh pusing karena perdarahan akibat dari komplikasi retensio plasenta, pusing dirasakan bertambah apabila banyak melakukan aktivitas dan berkurang apabila di istirahatkan.
c)      Riwayat kesehatan dahulu
                        Mengenai penyakit yang pernah dialami oleh klien yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang dan dapat memperberat/diperberat karena kehamilan misalnya penyakit diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit jantung dan hipertensi.
d)     Riwayat kesehatan keluarga
                        Mengenai penyakit-penyakit yang pernah dialami oleh keluarga klien yang lain seperti kehamilan kembar, gangguan mental, penyakit yang dapat diturunkan dan penyakit yang dapat ditularkan.
3)      Riwayat Ginekologi dan Obstetri
a)      Riwayat Ginekologi
(1)   Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus haid, lamanya haid, sifat darah (warna, bau, gumpalan), dismenorhoe, HPHT, dan taksiran persalinan.
(2)   Riwayat perkawinan
Status perkawinan, umur pada waktu menikah, lama perkawinan dan berapa kali kawin.
(3)   Riwayat KB
Pernah menjadi akseptor, jenis konrtasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan lamanya penggunaan, masalah yang didapati dengan penggunaan kontrasepsi tersebut, jenis kontrasepsi yang direncanakan dan jumlah anak yang direncanakan keluarga.
b)      Riwayat Obstetri
(1)   Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Meliputi umur kehamilan, tanggal melahirkan, jenis persalinan, tempat persalinan, berat anak waktu lahir, masalah yang terjadi dan keadaan anak.
(2)   Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil, gerakan anak pertama dirasakan oleh klien. Apakah klien mendapatkan imunisasi TT, perubahan berat badan selama hamil, tempat pemeriksaan kehamilan dan frekuensi memeriksakan kehamilannya.
(3)   Riwayat Persalinan Sekarang
Merupakan persalinan yang keberapa bagi klien, tanggal melahirkan, jenis pesalinan, apakah terjadi perdarahan, banyaknya perdarahan, jenis kelamin bayi, berat badan bayi, dan APGAR skor, serta keadaan masa nifas.
4)      Pemeriksaan Fisik
a)      Kesadaran
Klien dapat terjadi penurunan kesdaran/tidak akibat perdarahan.
b)      Keadaan umum
Dikaji tentang keadaan klien secara keseluruhan, pada klien post manual plasenta biasanya ditemukan keadaan yang lemah.
c)      Tanda vital
 Dikaji tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan tindakan manual plasenta.
d)     Pemeriksaan fisik head to toe
(1)   Kepala      
Dikaji bentuk kepala, kebersihan kulit kepala dan keluhan yang dirasakan pada daerah kepala.
(2)   Wajah
Pada klien post manual plasenta wajah tampak pucat.
(3)   Mata
Dikaji keadaan konjungtiva, sklera, fungsi penglihatan, pergerakan kedua mata, kebersihan, bila keadaan konjungtiva pucat maka dapat dipastikan anemis.


(4)   Hidung
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien, adanya reaksi alergi, perdarahan, kesimetrisan, kebersihan dan fungsi penciuman.
(5)   Telinga
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien, kesimetrisan, fungsi pendengaran dan kesimetrisan.
(6)   Mulut
Dikaji keluhan yang dirasakan, mukosa mulut dan keadaan bibir, keadaan gigi, lidah, fungsi pengecapan dan fungsi menelan. Pada klien post manual plasenta mukosa bibir kering dan tampak pucat.
(7)   Leher
Dikaji keluhan yang dirasakan, pada klien post manual plasenta tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening, tidak ada peningkatan JVP.
(8)   Dada
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, suara nafas vesikuler,  frekuensi nafas, irama jantung reguler, bunyi jantung s1 dan s2.


(9)   Payudara
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, kedaan payudara, bentuk, hyperpigmentasi aerola, keadaan putting susu, dan keseimetrisan serta pengeluaran ASI.
(10)Abdomen
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, tinggi fundus uteri hari ke-5 yaitu 3 cm bawah pusat, bising usus normal 5-12 x/menit.
(11)     Genetalia
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji keadaan perineum, adanya pengeluaran lochea. Pada 2 hari pertama lochea berupa darah yang disebut lochea rubra, setelah 3-4 hari merupakan darah encer yang disebut lochea serosa dan pada hari kesepuluh menjadi cairan putih atau kekuningan yang disebut lochea alba. Lochea berbau amis, dan yang berbau busuk menandakan adanya infeksi.
(12)     Anus
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, ada/tidaknya hemoroid.


(13)     Ekstermitas
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji adanya oedema, pergerakan dan kebersihan.
(14)     Ambulasi
Pada klien dengan post manual plasenta biasanya dalam waktu 2 hari sudah bisa turun dari tempat tidur dan melakukan aktivitas ringan seperti makan dan minum.
5)      Aspek Psikososial dan Spiritual
a)      Pola pikir
Kaji tentang eksplorasi pengetahuan klien, cara perawatan diri dan bayinya, yang meliputi : Pemberian ASI, rencana pemberian ASI, nutrisi yang baik untuk menyusui dan makanan yang terbaik untuk bayinya, rencana imunisasi bayi.
b)      Persepsi diri
Dikaji hal yang amat difikirkan oleh klien saat dilakukan pengkajian, harapan setelah mengalami perawatan dan perubahan yang dirasa setelah melahirkan.
c)      Konsep diri
(1)   Gambaran diri
Apakah klien merasakan perubahan dirinya dan tubuhnya selama periode post partum, apakah perubahan yang disadari tersebut mempengaruhi perilaku dan adaptasinya terhadap pengasuhan bayinya.
(2)   Ideal diri
Apakah yang diharpkan klien setelah kelahiaran bayi tersebut, apakah upaya klien untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayi.
(3)   Peran
Bagaimana sikap ibu dengan kelahiran anaknya. Kaji kesiapan klien untuk menjadi seorang ibu baru atau perubahan peran dengan penambahan anggota keluarga yang baru.
(4)   Identitas diri
Adakah kepuasan klien menjadi seorang wanita yang telah melahirkan anak.
(5)   Harga diri
Adakah rasa bangga pada klien, bagaimana kepuasan klien terhadap kelahiran tersesbut. Harga diri klien akan meningkat karena klien sudah mempunyai keturunan dan menjadi seorang ibu.
d)     Hubungan komunikasi
Kejelasan klien dalam kebiasaan berbicara, bahasa utama yang digunakan oleh klien.

6)      Pola Aktivitas Sehari-hari
Dikaji mengenai pola nutrisi, pola eliminasi BAK dan BAB, pola istirahat tidur dan personal hygiene.
7)      Pemeriksaan diagnostik
Dalam pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah (Hb, Ht, leukosit, trombosit). Pada kasus post manual plasenta terjadi penurunan jumlah Hb dan Ht, terjadi peningkatan jumlah leukosit.
e.       Pengetahuan Post Partum
1)        Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara, teknik menyusui dan pengetahuan tentang KB.
2)        Pengetahuan ibu tentang bayi
Pengetahuan mengenai perawatan tali pusat, memandikan bayi dan pengetahuan tentang perawatn bayi.








2.      Diagnosa keperawatan
      Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan intervensi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan pasien yang nyata dan kemungkinan akan terjadi dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat.
      Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien perdarahan post partum menurut (Doenges, 2001) adalah :
a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan.
b.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
c.       Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status kesehatan.
d.      Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penggantian berlebihan dari kehilangan cairan, perpindahan cairan intravaskuler.
e.       Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
f.       Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/distensi jaringan.
g.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
h.      Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua
3.      Intervensi
Rencana keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuahan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan. (Doenges, 2001)
a)      Tujuan                   : Kekurangan volume cairan dapat terpenuhi
Kriteria hasil          :
-          Mempertahankan keseimbangan cairan, dengan indikator :
-          Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat
-          TTV dalam rentang normal.
-          Hb dan Hematokrit dalam batas normal.
-          Menunjukan status nutrisi, dengan indikator :
-          Keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang.
-          Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat.


Tabel 2.2
Intervensi dan rasional kekurangan volume cairan
Intervensi
Rasional
1.      Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatiakan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi.


2.      Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.


3.      Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.




4.      Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas simpisis pubis.



5.      Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal, bila ada.


6.      Mulai Infus 1 atau 2 I.V. dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter 18G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.



7.      Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Oksitosin, magnesium sulfat, heparin, terapi antibiotik.



8.      Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb dan Ht.


a.      1. Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.
b.      
c.      2. Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian.
d.      

3. Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30%- 50%.Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.

4.    Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.

5.    Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.



6.    Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.





7.    Meningkatkan,kontraktilitas, memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual, heparin dapat digunakan untuk menghentikan siklus pembekuan.

8.    Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mg Hb.

b)      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
Tujuan                   : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
Kriteria hasil          :
-          Menunjukan TD, nadi, gas darah arteri dan Hb/Ht dalam batas normal
Tabel 2.3
Intervensi dan rasional perubahan perfusi jaringan
Intervensi
Rasional
1.    Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan darah.


2.    Pantau tanda vital : catat derajat dan durasi episode hipovolemik.



3.    Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku.

4.    Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah : perhatikan suhu kulit.





5.    Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau tidaknya laktasi dan perubahan pada ukuran payudara.


6.    Pantau GDA dan kadar pH





7.    Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
1. Nilai bandingan membantu menetukan beratnya kehilangan darah.

2.    Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi.


3.    Perubahan sensorium adalah indicator dini dari hipoksia.

4.    Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada pembuluh darah perifer diturunkan, yang mengakibatkan suhu kulit dingin.



5.    Kerusakan atau keterlibatan hipofisis anterior mengakibatkan tidak adanya produksi ASI dan akhirnya menurunkan jaringan payudara.

6.    Membantu dalam mendiagnosa derajat hipoksia jaringan asidosis atau yangb diakibatkan dari terbentuknya asam laktat dari metabolism anaerobic.

7.    Memaksimalkan ketersediaan  oksigen untuk transport sirkulasi ke jaringan.



c)      Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status kesehatan.
Tujuan                         :     Ansietas terkontrol
Klriteria hasil               :
-          Mengungkapkan kesadaran terhadap perasaan dan penyebab ansietas
-          Melaporkan ansietas berkurang
-          Tampak rileks
-          Mengidentifikasi cara-cara untuk mengontrol ansietas.


Tabel 2.4
Intervensi dan rasional ansietas
Intervensi
Rasional
1.  Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan konsep.


2.   Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum; misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas.


3.    Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.






4.   Berikan informasi tentang modalitas tindakan dan keefektifan intervensi.


5.   Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas, berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.



6.   Kaji strategi koping dan implikasi jangka panjang dari episode hemoragi.


1.    Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang, akan memperberat ansietasnya.

2.    Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis.

3.    Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi.

4.    Informasi akurat dapat menurunkan ansietas dan ketakutan yang diakibatkan oleh ketidaktahuan.

5.    Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif, memudahkan proses pemecahan masalah.

6.    Ansietas berat atau lama dapat diantisipasi bila komplikasi permanen.

d)     Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penggantian berlebihan dari kehilangan cairan, perpindahan cairan intravaskuler.
Tujuan                   : Tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria hasil          :
-          Menunjukan TD, nadi, dan berat jenis urin, serta tanda neurologis dalam batas normal
-          Tanpa kesulitan bernafas.
Tabel 2.5
Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan
Intervensi
Rasional
1.         Pantau adanya peningkatan TD dan nadi : perhatikan pernapasan terhadap tanda dispnea, stridor, ronki.

2.         Pantau frekuensi infuse secara manual atau elektrinik. Catat masukan/haluaran. Ukur berat jenis urin.

3.         Kaji status neurologis, perhatikan perubahan perilaku dan peningkatan iritabilitas.

4.         Pantau kadar Ht
1. Bila penggantian cairan berlebihan, gejala-gejala kelebihan beban sirkulasi dan kesulitan pernapasan dapat terjadi.

2. Masukan harus kurang lebih sama dengan haluaran dengan kadar cairan stabil.


3. Perubahan perilaku mungkin tanda awal dari edema serebral karena retensi cairan.

4. Bila volume plasma membaik, kadar Ht menurun.



e)      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.
Tujuan                         :     Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil                :
-          Suhu tubuh tidak melebihi nilai normal
-          Tidak terjadi leukositosis
-          Lokhea bebas dari bau

Tabel 2.6
Intervensi dan rasional resiko tinggi infeksi
Intervensi
Rasional
1.      Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri


2.      Pertahankan perubahan pada tanda vital atau jumlah sel darah putih




3.      Perhatikan gejala malaise, menggigil, anoreksia, nyeri tekan uterus, atau nyeri pelvis.


4.      Pantau kecepatan involusi uterus dan sifat serta jumlah rabas lokhea.


5.      Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan, mastitis, atau infeksi laluran kemih.

6.      Kaji kadar Hb/Ht. Berikan suplemen zat besi, sesuai indikasi.



7.      Kolaborasi pemberian antibiotik intravena sesuai indikasi.

1.    Mencegah   kontaminasi
silang/penyebaran organisme infeksius.

2.    Peningkatan suhu pada 2 hari berturur-turut, takikardia, atau leukositosis dengan perpindahan ke kiri menandakan infeksi.


3.    Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, syok dan kematian bila tidak teratasi.

4.    Infeksi uterus memperlambat involusi dan memperlama aliran lokhea.

5.    Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.


6.    Anemia serinh menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun.


7.    Antibiotik spektrum luas mungkin diberikan sampai hasil kultur dan sensitivitas tersedia.

f)       Nyeri  akut berhubungan dengan trauma
Tujuan                         : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil                :
-    Rasa nyeri berkurang
-   Mengidentifikasi metoda yang tepat secara individual untuk meningkatkan kenyamanan.
Tabel 2.7
Intervensi dan rasional Nyeri akut
Intervensi
Rasional
1.    Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen.

2.    Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyaman.




3.    Instruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi : berikan aktivitas hiburan dengan tepat.



4.    Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum atau lampu pemanas pada penyembuhan episiotomi.



5.      Berikan analgesik, narkotik, atau sedatif sesuai indikasi.
1.  Membantu dalam diagnosa banding  dan pemilihan metode tindakan.




2.    Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.


3.    Pendidikan dengan metoda fisiologis dan psikologis dari kontrol nyeri menurunkan ansietas dan persepsi ketidaknyamanan klien.

4.    Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma.

5.    Menurunkan nyeri dan ansietas, meningkatkan relaksasi.

g)      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan                   : Pengetahuan klien bertambah
Kriteria hasil          : Mengungkapkan dalam istilah sederhana            
patofisiologis dan implikasi situasi klinisnya.
Tabel 2.8
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Intervensi
Rasional
1.    Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi.


2.    Kaji tingkat pengetahuan klien/pasangan, kesepian, dan kemampuan untuk belajar.



3.    Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi pascapartum, seperti pelambatan atau interupsi pada proses kedekatan ibu-bayi.


4.    Diskusikan implikasi jangka panjang hemoragi pascapartum dengan tepat.




5.    Instruksikan klien untuk melaporkan kegagalan untuk menyusui, kelelahan, kehilangan, amenorea, atrofi genital, proses penuaan premature.
1.        Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami dan mengatasi situasi.


2.        Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana perawatan individu.



3.        Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realitas untuk melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas perawatan bayi.

4.        Memungkinkan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.

5.        Tanda-tanda ini menunjukan sindrom Sheehan, yang terjadi pada 15% yang selamat dari hemoragi pascapartum berat.


h)      Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua
Tujuan                       : Tidak terjadi interupsi pada proses ikatan dan kondisi fisik.
Kriteria hasil          :
-          Mendemonstrasikan perilaku yang tepat berkenaan dengan kedekatan positif dengan bayi
-          Melakukan tanggung jawab untuk perawatan emosi dan fisik dari bayi baru lahir, sesuai kemampuan.
-          Mengekspresikan kenyamanan dengan peran menjadi orangtua.

Tabel 2.9
Perubahan terhadap menjadi orang tua
Intervensi
Rasional
1.    Jelaskan faktor-faktor yang merupakan akibat dari hemoragi pascapartum yang memerlukan pemisahan ibu dari bayi



2.    Berikan kesempatan untuk klien/pasangan mengekspresikan kemarahan mereka dan marah pada situasi.

3.    Diskusikan persepsi klien terhadap tanggung jawab perawatn bayi dan peran menjadi orangtua.



4.    Anjurkan kontak dengan bayi sampai klien dapat melihat dan merawat bayi.


5.    Evaluasi proses kedekatan, perilaku ikatan, dan kemampuan menjadi orangtua saat klien melakukan pearawatan pda bayinya.



6.    Berikan informasi mengenai sumber di komunitas kepada klien/pasangan dengan tindak lanjut rujukan pelayanan kesehatan, meliputi kelas menjadi orangtua, fasilitas perawatan anak dan klinik bayi sehat.

1.   Mneurunkan ansietas dan perasaan frustasi serta keputusan yang berhubungan dengan ketidakmampuan klien untuk melakukan peran perawatan pada bayi.

2. Meningkatkan penerimaan ketidakleluasaan fisiologis dan psikologis, yang menurunkan ansietas.

3. Memberikan informasi tentang bagaimana klien memandang perubahan-perubahan peran ini; mengidentifikasi area kebutuhan pembelajaran.

4. Mnenteramkan hati ibu akan kondisi kesehatana bayi dan perawatan yang tepat yang diberikan pada bayi.

5. Memberikan informasi akan kemampuan psikologis dan fisiologis yang berhubungan dengan peran menjadi orangtua; mengidentifikasi kebutuhan klien.


6.        Menguatkan inforamsi positif yang sebelumnya diberikan oleh tim kesehatan. Menurunkan ansietas; meningkatkan kemandirian dan pertumbuhan pribadi.

4.    Implementasi
     Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan perawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Doenges, 2004)
5.    Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan / dilakukan dan mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tarcapai sesuai yang telah ditetapkan. Pada tahap ini ada dau macam evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan meniali secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan. Dan penulis memakai evaluasi sumatif. (Suprajitno, 2004).

BAB III

LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN


A.    Laporan Kasus
1.      Pengkajian
a.       Identitas
1)      Biodata klien
Nama                                 : Ny. E
Umur                                 : 40 tahun
Alamat                              : Kp. Cipari RT.01 RW. 06
  Sukarasa, Kecamatan Pangatikan
Jenis kelamin                     : Perempuan
Status meritas                    : Menikah
Agama                               : Islam
Pendidikan                        : SMA
Pekerjaan                           : Ibu rumah tangga
Suku bangsa                      : Sunda
Tanggal Masuk                  : 09 Juni 2014
Tanggal Pengkajian           : 13 Juni 2014
No. CM                             : 670545
Diagnosa Medis                : Retensio Plasenta
2)      Identitas penanggung jawab
Nama                                 : Tn. H
Umur                                 : 48 tahun
Alamat                              : Kp. Cipari RT.01 RW. 06
  Sukarasa, Kecamatan Pangatikan
Jenis kelamin                     : Laki-laki
Status meritas                    : Menikah
Agama                               : Islam
Pendidikan                        : SMA
Pekerjaan                           : Wiraswasta
Hubungan dengan klien    : Suami Klien

b.      Riwayat kesehatan

1)        Keluhan utama
Klien mengeluh pusing
2)        Riwayat kesehatan sekarang
Menurut penuturan klien sebelum masuk rumah sakit ± 2 jam klien telah melahirkan di rumah di tolong oleh bidan, klien mengatakan plasenta nya belum keluar disertai perdarahan banyak dan klien merasakan mules. Pada saat dikaji tanggal 13 Juni 2014, klien mengeluh pusing, pusing dirasakan bertambah apabila klien banyak beraktivitas, dan berkurang apabila diistirahatkan. Pusing dirasakan seperti berkunang-kunang. Pusing dirasakan ± 5 menit.
3)        Riwayat kesehatan dahulu
Menurut penuturan klien, sebelumnya klien belum pernah mengalami hal yang klien alami saat ini. Dan klien tidak mempunyai penyakit yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan ataupun penyakit menular maupun penyakit keturunan.

4)        Riwayat kesehatan keluarga

Menurut penuturan klien, didalam keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti klien sekarang, dan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular, namun memiliki riwayat penyakit keturunan.

5)        Riwayat ginekologi dan obstetri

a)    Riwayat ginekologi
(1)     Riwayat menstruasi
-          Menarche                    :12 tahun
-          Siklus                          : 28 hari
-          Lama menstruasi         : 7 hari
-          Sifat darah                  : merah dan tidak menggumpal
-          Banyaknya                  : ± 2 x ganti pembalut
-          Dysmenore                 : kadang-kadang
-          HPHT                         : 5 September 2013

(2)     Riwayat perkawinan

-          Usia pernikahan istri               : 27 tahun
-          Usia pernikahan suami            : 35 tahun
-          Lama pernikahan                    : 13 tahun
-          Pernikahan ke                         : 1 (pertama)

(3)     Riwayat KB

-          Jenis kontrasepsi yang dipakai           : Pil
-          Waktu pemakaian                               : 3 tahun
-          Keluhan                                              : Merasa gemuk
-          Jenis kontrasepsi yang direncanakan  : IUD
b)   Riwayat obstetri
(1)     Riwayat Persalinan
-          P4 A0
-          Umur kehamilan         : 36 minggu
No
Partus terakhir
Umur Hamil
(minggu)
Jenis Partus
Tempat / penolong
Bayi
Masalah
Keadaan
JK
BB
(gram)
S
Hamil
Lahir
Bayi
1
2
3
4
Th. 2001
Th. 2006
Th. 2010
Th. 2014

36
36
36
36

Spontan
Spontan
Spontan
Spontan

Paraji
Paraji
Bidan
Bidan
P
L
P
P
2.500
3.000
3.000
3.200
-
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
Retplas
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup

c.       Pemeriksaan fisik

Tanggal/jam                             : 13 juni 2014 / 08.00 WIB
Oleh                                        : Intan
1)      Penampilan umum
Keadaan                            : Klien tampak lemah
Kesadaran                         : Compos Mentis
2)      Tanda-tanda vital 
-       Tekanan darah             : 110/70 mmHg                      
-       Pulse                            : 72 x/menit
-       Respirasi                      : 20x/menit                 
-       Suhu                            : 36,50 C
3)      Pemeriksaan head to toe
a)      Integumen
-       Kulit
Warna kuning langsat, tekstur lembab oleh keringat, turgor kulit baik terbukti saat di cubit cepat kembali < 2 detik, dan keadan bersih.
-       Kuku
Tekstur keras, bentuk cembung, CRT ketika  ditekan kembali ke keadaan semula > 2 detik, keadaan kuku panjang dan tampak kotor.

b)      Kepala
Warna rambut hitam dan keriting, tekstur halus, penyebaran merata, lubrikasi tidak terdapat pecah-pecah pada rambut, tidak terdapat lesi, oedema maupun massa, dan keadaan bersih.
c)    Muka
Warna Kuning langsat, wajah tampak pucat dan keadaan bersih.
d)   Mata
Pada saat diinspeksi letak mata simetris antara mata kanan dan mata kiri, sklera putih, konjungtiva anemis, pupil mengecil saat dirangsang cahaya, pergerakan bola mata baik, fungsi penglihatan baik, ditandai dengan klien dapat membaca papan nama mahasiswa pada jarak ± 50 cm.
e)    Hidung
Pada  saat diinspeksi lubang hidung tampak simetris antara kiri dan kanan, fungsi penciuman baik, ditandai dengan klien dapat membedakan bau minyak wangi dan alkohol dengan mata ditutup, keadaan bersih, tidak terdapat secret.
f)    Telinga
Pada saat diinspeksi kedua daun telinga tampak simetris, fungsi pendengaran baik terbukti dapat menjawab semua pertanyaan tanpa diulang, tidak terdapat benjolan dan keadaan bersih, tidak terdapat serumen pada liang telinga.
g)   Mulut
Pada saat diinspeksi bentuk bibir simetris, bibir pucat dan mukosa kering . Jumlah gigi 32 buah, warna putih, keadaan bersih. Lidah tampak warna putih, permukaan agak kasar dan halus sepanjang tepi lateral, fungsi pengecapan baik terbukti dapat membedakan rasa pahit dan manis.
h)   Leher
Tampak simetris terhadap bahu dan kepala, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar thyroid, tidak ada peningkatan JVP, dapat digerakan kesegala arah dan keadaan bersih.
i)     Dada
Dada kiri dan dada kanan tampak simetris saat inspirasi dan ekspirasi, bunyi pernafasan vesikuler, frekuensi 20 x/menit, irama jantung reguler, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 72 x / menit, tidak terdapat retraksi intercostalis, dan keadaan bersih.
j)     Payudara
Kedua payudara tampak simetris, payudara tampak bengkak, konsistensi keras, putting susu kanan dan kiri menonjol, tampak hyperpigmentasi aerola, ASI (+) dan keadaan payudara tampak bersih.
k)   Abdomen
Pada saat di inspeksi bentuk perut cembung, terdapat striae dan linea alba, tinggi fundus uteri 3 cm bawah pusat, saat diauskultasi terdapat bising usus (+), dan keadaan perut bersih.
l)     Genetalia
Vulva tidak terdapat oedema maupun varices pada labia, tampak keluaran lochea serosa ± 5 cc, perineum tampak utuh.
m) Anus
Tidak terdapat hemoroid.
n)   Ekstremitas
-            Atas
Tangan kanan terpasang infus, kedua tangan dapat digerakan ke segala arah pergerakan. Dengan kekuatan otot 5 (0-5).
-            Bawah
Kedua kaki dapat digerakan ke segala arah pergerakan,   dengan kekuatan otot 5 (0-5).
                  5          5
Kekuatan otot       5          5         

B.     Pola aktivitas sehari-hari
Tabel 3.1
Pola aktivitas sehari-hari

No
Jenis aktivitas
Di rumah
Di rumah sakit
1
Pola Nutri
a)    Makan
1)      Frekuensi
2)      Jenis

3)      Porsi
b)    Minum
1)      Frekuensi
2)      Jenis



3x/hari
Nasi, lauk pauk dan sayuran
1 porsi

7-8 gelas/hari
Air putih


3x/hari
Nasi, lauk pauk dan sayuran
1 porsi

4-5 gelas/hari
Air putih
2
Pola eliminasi
a)      a)  BAB
1)     Frekuensi
2)     Konsistensi
3)     Warna

b)   BAK
1)          Frekuensi

2)          Warna


1x/hari
Padat
Kuning kecoklatan

4-5x/hari

Kuning jernih


Selama di rumah sakit klien belum BAB

± 500 cc /24 jam
Kuning agak pekat
3
Pola istirahat
a)    Tidur malam
b)   Tidur siang
c)    Kualitas tidur

7-8 jam
1-2 jam
Nyenyak

6-7 jam
1 jam
Nyenyak
4
Personal hygiene
a)    Mandi
b)   Gosok gigi
c)    Ganti baju
d)   Cara

2x/hari
2x/hari
2x/hari
Mandiri

1x/hari (spons)
1x/hari
1x/hari
Dibantu



C.    Data aspek psikologis, social dan spiritual
1.      Aspek psikologis
Menurut teori Reva Rubin, klien berada dalam fase Taking Hold (Fase Dependen - Independen), yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, timbul rasa khawatir pada ibu akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Dan klien mengatakan ingin segera bertemu dengan anaknya.
2.      Aspek sosial
Klien dapat bersosialisasi dengan baik, baik itu dengan perawat maupun dengan klien lainnya yang ada di ruangan.
3.      Aspek spiritual
Klien beragama Islam, klien selalu berdo’a dan berdzikir untuk kesembuhannya.
D.    Pengetahuan Klien
1.      Pengetahuan ibu
Ibu telah mengetahui mengenai teknik cara menyusui, tentang KB dari bidan, namun ibu belum mengetahui tentang cara perawatan payudara.
2.      Pengetahuan ibu tentang bayi
Ibu dapat melakukan perawatan tali pusat, memandikan bayi dan pengetahuan tentang perawatan bayi, pengalaman dari anak sebelumnya.

E.     Pemeriksaan Penunjang
Nama/usia       : Ny. E / 40 tahun
Hasil laboratorium tanggal : 13 Juni 2014
Tabel 3.2
Hasil Laboratorium


Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal

Hematologi



Hemoglobin
8,4 gr/dl
12 – 16 gr/dl

Hematokrit
24%
35 – 47 %

Leukosit
12.200/ mm3
4000-10.000/ mm3

Trombosit
336.000/ mm3
150.000-450.000/mm3

Eritrosit
2,81 juta/ mm3
3,6 – 5,8 juta/ mm3

F.     Therafy Medis
1.      Infus Ringer laktat                                    20 tetes/menit
2.      Cefotaxime                                   2x1 gr (intra vena)
3.      Metronidazole                               2x1 500 ml (intra vena)





G.    Analisa Data
Tabel 3.3
Analisa data

No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS :
-          Klien mengatakan   telah mengalami perdarahan
-          Klien mengeluh  pusing
 DO :    
-           Klien tampak pucat
-          Hb 8,4 gr/dl
-          Mukosa bibir kering
-          Konjungtiva anemis
Perdarahan akibat komplikasi dari tindakan manual plasenta sehingga menyebabkan kehilangan melalui vaskuler  mengganggu proses sirkulasi mengakibatkan kekurangan volume cairan.

Kekurangan volume cairan
2
DS :
-          Klien menegluh nyeri pada payudara
DO :
-          Payudara tampak bengkak
-          Saat dipalpasi konsistensinya keras
ASI tidak keluar maksimal menyebabkan terjadinya penggumpalan sehingga terjadi pembengkakan pada payudara (engorgement) dan payudara menjadi keras menimbulkan nyeri
Nyeri akut
3
DS :
-          Klien mengeluh belum   BAB
DO :
-          Perut tampak distensi
Tonus otot usus menurun selama persalinan menyebabkan peristaltik usus menurun, sehingga buang air besar menjadi terganggu.
Ganggual pola eliminasi BAB : konstipasi
4
DS   :
DO  :
-          Leukosit 12.200
Tindakan manual plasenta, prosedur invasif, menyebabkan resiko terhadap terjadinya inefksi.
Resiko tinggi terhadap infeksi

2.      Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas


1)        Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan, ditandai    dengan :
DS :  - Klien mengatakan telah mengalami perdarahan
-   Klien mengeluh pusing
DO : -  Klien tampak pucat
-   Hb 8,4 gr/dl
-   Mukosa bibir kering
-   Konjungtiva anemis

2)        Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara, ditandai dengan :
DS :     Klien menegluh nyeri pada payudara
DO : -  Payudara tampak bengkak
-  Saat dipalpasi konsistensinya keras





3)        Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus, ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh belum BAB
DO : Perut tampak distensi

4)        Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, ditandai dengan :
DS            :
DO : Leukosit 12.200

 3. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.4
Proses Keperawatan

Nama               : Ny. E                                                                                                 No CM            : 670545
Umur               : 40 tahun                                                                                            Ruang              : Kalimaya
Jenis kelamin   : Perempuan                                                                                        Diagnosa         : Post manual plasenta
                                                                                                                                                              atas retensio plasenta
No
Diagnosa
Rencana
Tindakan
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi

Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional


(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan, ditandai dengan :
DS :
-          Klien mengatakan telah mengalami perdarahan
-          Klien mengeluh pusing


DO :
-          Klien tampak pucat
-          Hb 8,4 gr/dl
-          Mukosa bibir ekring
-          Konjungtiva anemis
Dalam jangka pendek 1x24 jam, setelah dilakukan tindakan keperawatan kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria :
-       Tidak terjadi perdarahan
-       Pusing berkurang
-       Hb 10 gr/dl
-       Konjungtiva merah muda
-       Mukosa bibir lembab
Dalam jangka panjang  2x24 jam kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria :
-    Pusing sudah hilang
-    Hb dalam batas normal 12-16 gr/dl
-    Observasi tanda vital, bandingkan dengan hasil normal pasien saat ini atau sebelumya



-   Kaji dan catat, tipe dan sisi perdarahan









-   Berikan cairan sesuai indikasi






-   Awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb dan Ht
-   Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardi


-   Perkiraan kehilangan darah, dan adanya bekuan-bekuan membantu, membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian.


-    Penggantian atas kehilangan dapat memperbaiki konsentrasi ginjal /adanya kegagalan.


-    Peningkatan menunjukan hemokonsentrasi
Tgl. 13-06-2014
Jam 08.00 WIB
Mengobservasi TTV :
TD : 110/70
P : 72 x/m
R : 20 x/m
S : 35 0 C


Jam 08.30
Mengkaji dan mencatat jumlah perdarahan : perdarahan (-)







Jam 09.00
Memberikan cairan sesuai indikasi : RL 20 tetes/menit



Jam 09.25
Memantau hasil laboratorium : Hb 8,4 gr/dl dan Ht 24%, post transfusi 3 labu.

Intan Rohaeni
Tgl.13-06-2014
Jam 10.30
S : Klien mengeluh masih pusing
O :
- Klien tampak pucat
-   Hb 8,4 gr/dl
-          - Mukosa bibir   kering
-          - Konjungtiva anemis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I :
-  Berikan cairan sesuai indikasi
-  Pantau nilai hasil laboratorium


Intan Rohaeni
2
Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara, ditandai dengan :
DS: Klien mengeluh nyeri pada payudara
DO :
- Payudara tampak bengkak
- Pada saat dipalpasi konsistensinya keras
Dalam jangka pendek 1x24 jam, setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat teratasi dengan kriteria :
-        Nyeri berkurang
-        Pembengkakan payudara berkurang
Dalam jangka panjang 2x24 jam, rasa nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
-    Klien mengatakan nyeri sudah dapat diatasi
-    Tidak bengkak
-    Saat dipalpasi tidak keras
-   Kaji keluhan nyeri, termasuk lokalisasi








-          -Lakukan dan ajarkan klien untuk melakukan perawatan payudara.






-    Penkes tentang perawatan payudara
-     -Dengan mengetahui seberapa besar rasa nyeri yang dirasakan dan lokalisasinya dapat memudahkan intervensi selanjutnya.

-   Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI lancar dan Mengurangi pembengkakan pada payudara



-          -Diharapkan pengetahuan klien bertambanh sehingga klien dapat melakukannya secara mandiri.
Tanggal 13-06-2014
Jam 09.40
Mengkaji kualitas nyeri dan lokalisasinya : nyeri dikedua payudara dan terasa menjalar ke punggung.
Jam 09.45
Melakukan dan mengajarkan klien cara perawatan payudara : melakukan perawatan payudara


Tgl.15-06-2014
Jam 16.00
Memberikan penkes tentang perawatan payudara



Intan Rohaeni
Tgl 13-06-2014
Jam 10.35
S :
Klien megatakan setelah dilakukan pengompresan payudara nyeri berkurang
O : - Payudara masih tampak bengkak
-    Ketika  dipalpasi masih keras
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Anjurkan klien untuk melakukan kompres pada payudara 1 hari 2x

Intan Rohaeni
3

Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus menurun ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh belim BAB


DO : Perut distensi















Dalam  jangka pendek 1x24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan pola eliminasi dapat teratasi dengan kriteria :
Klien mengatakan sudah dapat BAB


















-    Kaji/auskultasi bising usus











-          -Dorong masukan cairan 2.500-3.000 ml/hari





-          -Anjurkan klien mengkonsumsi makanan tinggi serat dan hindari makanan yang membentuk gas





-       Bunyi usus secara umum menurun pada konstipasi










-   Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi.




-                                -Melancarkan BAB dan menurunkan distress dan distensi abdomen






Tgl.13-06-2014
Jam 10.00
Mengkaji bising usus: mengauskultasi bising usus 6x/menit






Jam 10.10
Menganjurkan klien utuk banyak minum air putih, 2.500-3.000 ml/hari


Jam 10.15
Manganjurkan klien memakan papaya dan  menganjurkan tidak memakan makanan yang membentuk gas: seperti ubi, kubis


Intan Rohaeni
Tgl. 13-06-2014
Jam 10.40
S : Klien mengatakan masih belum BAB
O : Perut kembung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-          I : - Dorong masukan cairan 2.500-3.000 ml/hari
-           
-          -Anjurkan klien untuk memakan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang membentuk gas


Intan Rohaeni

4

Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, ditandai dengan :
DS :
DO :
-          Leukosit 12.200

Dalam jangka waktu 1x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil :
-    Leukosit dalam batas normal 4000-10.000
-    Tidak ada tanda-tanda infeksi

-   Kaji tanda vital dan perhatikan jumlah leukosit











-   Perhatikan gejala malaise, menggigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis





-   Pantau kecepatan involusi uterus dan sifat serta jumlah rabas lokhia.


-   Kolaborasi dalam pemberian antibiotik intravena, sesuai indikasi

-   Peningkatan suhu pada 2 hari berturut-turut, takikardia atau leukositosis menandakan infeksi.







-   Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, syok dan kematian apabila tidak teratasi.


-   Infeksi uterus memperlambat involusi dan memperlama aliran lokhia.



-   Antibiotik spektrum luas mungkin diberikan sampai hasil kultur dan sensitivitas tersedia, pada saat ini antibiotic organisme-khusus dapat mulai diberikan.

Tanggal 13-06-2014, jam 10.25
Menkaji Tanda vital : Suhu : 36,50 C, dan jumlah leukosit : 12.200







Jam 10.27
Mengkaji gejala malaise, menggigil, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis : (-)





Jam 10.30
Memantau jumlah pengeluaran lokhea : lokhea serosa ± 5 cc.


Jam 07.30
Memberikan antibiotik : Cefotaxime 2x1 g (iv) dan metronidazole 2x500 ml.

Intan Rohaeni



Tanggal 13-06-2014
11.00
S :
O : Leukosit 12.200
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

I : Perhatikan jumlah leukosit dan tanda-tanda infeksi


Intan Rohaeni




1.      Catatan Perkembangan

Nama   : Ny.E
Umur   : 40 tahun
Hari/Tanggal
DX
Catatan perkembangan
Pelaksana
Minggu
15-06-2014

1
















2



















3









4
S : Klien mengatakan pusing nya mulai berkurang
O :
-           Klien sudah tidak pucat
-            Konjungtiva anemis
-            Mukosa bibir lembab
A : Masalah teratasi sebagian
P  : Lanjutkan intervensi
-       Anjurkan ibu mengkonsumsi makan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam.
I   : Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi.
E  : Masalah belum teratasi


S  : Klien mengatakan nyeri berkurang
O : 
-       Payudara tampak tidak terlalu membengkak
-       Payudara sudah tidak keras
A : Masalah teratasi sebagian
P  :  - Anjurkan ibu untuk terus menetek kan kepada bayi nya
-  Lanjutkan perawatan payudara
I   : - Menganjurkan ibu untuk terus  menetek kan kepada bayi nya
-  Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan  payudara 1 hari 2x
E :
-   Klien mau melakukan perawatan payudara.
-   Payudara tidak bengkak dan tidak keras.

S : Klien mengatakan sudah BAB
O : Perut tidak distensi
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan ibu untuk memakan makanan tinggi serat
I : Menganjurkan ibu memakan makanan tinggi serat
E : Masalah teratasi


S :
O :
-  Tidak ada tanda-tanda infeksi
-  Suhu 36,4 0 C
A : Masalah teratasi
P : kaji tanda gejala infeksi
I : Mengkaji tanda vital
E : Tidak terjadi infeksi
Intan Rohaeni
















Intan Rohaeni



















Intan Rohaeni









Intan Rohaeni



Senin
16-06-2014

1













2









S : Klien mengatakan sudah tidak pusing
O : 
-       Klien tampak segar
-       Konjungtiva anemis
-       Mukosa bibir lembab
A : Masalah teratasi sebagian
P  : Lanjutkan intervensi

I :  Anjurkan ibu mengkonsumsi makan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam.


S : Klien mengatakan payudara nya sudah tidak nyeri
O :
-        Payudara tampak tidak membengkak
-       Ketika dipalpasi sudah tidak keras
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan ibu untuk terus menetek kan kepada bayi nya
I : Menganjurkan ibu untuk terus menetek kan kepada bayi nya
E : Masalah teratasi


Intan Rohaeni













Intan Rohaeni






Selasa
17-06-2014
1
S : Klien mengatakan sudah tidak pusing
O : 
-           Klien tampak segar
-           Konjungtiva anemis
-           Mukosa bibir lembab
A : Masalah teratasi sebagian
P  : Lanjutkan intervensi :
-   Anjurkan ibu mengkonsumsi makan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam.
I   : Menganjurkan ibu mengkonsumsi makan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam.
Intan Rohaeni

B. PEMBAHASAN
            Dalam bab ini penulis akan membahas lebih rinci tentang pembahasan pada bab II dan III mengenai kesenjangan pada persamaan Asuhan Keperawatan yang penulis laksanakan pada Ny. E dengan post partum spontan post manual plasenta atas indikasi retensio plasenta di ruang Kalimaya RSU dr. Slamet Garut 2014, penulis sesuaikan dengan tahap-tahap proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, implementasi dan evaluasi.


            Adapun kesenjangan yang terjadi dalam beberapa tahap proses keperawatan adalah sebagai berikut :
1.      Pengkajian
                  Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pengkajian dilakukan melalui pendekatan yang meliputi kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang masalah kesehatan dan keperawatan  klien baik aktual maupun potensial, dimana penulis mengkaji klien secara menyeluruh yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengkajian dilakukan melalaui wawancara, observasi yang ditemukan atau didapat dari pernyataan yang dikeluarkan oleh klien, keluarga klien juga dari pernyataan dari perawat ruangan dan data-data yang diperoleh dari buku status klien. Penulis menemukan data subjektif dari klien yaitu keluhan yang dirasakan klien saat ini adalah pusing, hal ini diakibatkan karena perdarahan yang merupakan  komplikasi dari tindakan manual plasenta . Pada pemeriksaan fisik data yang didapatkan dari klien yaitu, klien tampak lemah, klien tampak pucat, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil yaitu Hb 8,4 gr/dl, terjadi penurunan diakibatkan oleh kehilangan vaskuler berlebihan. Ht 24 %, Jika ada penurunan pada hematokrit maka ini merupakan indikator dari adanya anemia, dan kehilangan banyak darah. Menurut teori jika hematokrit  menurun < 30% hal ini menunjukan bahwa klien mengalami anemia sedang hingga berat. dan leukosit 12.200/mm3, leukositosis menandakan terjadinya infeksi, infeksi ini diakibatkan oleh tindakan invasif .
Selanjutnya data yang didapat dari pengkajian psikososial yaitu klien belum mengetahui cara perawatan payudara karena sebelumnya klien tidak mengalami pembengkakan pada payudara.
Selama melakukan pengkajian penulis tidak menemui hambatan yang berarti karena klien dan keluarga memberikan respon yang positif dan kooperatif, sehingga memudahkan penulis dalam mengenali data. Hal ini didukung pula oleh perawat ruangan dan tim kesehatan yang lain yang memberikan informasi demi kelancaran asuhan kperawatan.

2.      Diagnosa Keperawatan
        Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat, 2004).
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus pada klien post manual plasenta atas indikasi retensio plasenta adalah :
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara.
3.      Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus.
4.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

        Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis yang timbul pada post manual plasenta atas indikasi retnsio plasenta menurut Doenges, 2001 adalah :
a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan.
b.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
c.       Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status kesehatan.
d.      Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penggantian berlebihan dari kehilangan cairan, perpindahan cairan intravaskuler.
e.       Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
f.       Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/distensi jaringan.
g.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
h.      Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua
        Diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus adalah diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara, gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus dan risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
      Masalah keperawatan yang penulis dapatkan pada tinjauan teoritis tetapi tidak penulis dapatkan pada tinjauan kasus adalah Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia diagnosa ini tidak di angkat karena hanya ada sebagian kecil data yang menunjang ke arah itu. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status kesehatan diagnosa ini tidak penulis angkat karena ini merupakan hari ke-5 jadi pasien sudah tidak cemas akan perdarahan yang di alaminya. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penggantian berlebihan dari kehilangan cairan, perpindahan cairan intravaskuler diagnosa ini tidak penulis angkat karena tidak ada data yang menunjang ke arah itu. Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/distensi jaringan diagnosa ini tidak penulis angkat karena ini merupakan hari ke-5 post manual plasenta. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi diagnosa ini tidak penulis angkat karena tidak ada data yang menunjang ke arah itu. Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua diagnosa ini tidak penulis angkat karena ini merupakan kelahiran anak ke-4 sehingga ibu sudah terbiasa.



      Masalah keperawatan yang penulis dapatkan pada tinjauan kasus tetapi tidak penulis dapatkan pada tinjauan teoritis adalah Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara diagnosa ini penulis angkat karena ini merupakan hari ke-5 dan ibu belum mendapatkan rangsangan isapan dari bayi sehingga menyebabkan engorgement yang menimbulkan nyeri. Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus diagnosa ini penulis angkat karena setelah hari ke-5 tetapi ibu belum dapat BAB sedangkan menurut teori BAB secara spontan dapat tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan.

3.      Perencanaan
        Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, menetapkan pemecahan masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien.
        Setelah penulis menemukan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. E, maka penulis merumuskan rencana asuhan keperawatan sesuai prioritas masalah yang dialami pasien.
a.       Diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan, tujuannya agar tidak terjadi dengan kriteria : Mempertahankan keseimbangan cairan, dengan indikator : Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat, TTV dalam rentang normal, Hb dan Hematokrit dalam batas normal, menunjukan status nutrisi, dengan indikator : keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang, memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat. Dan rencana tindakan  yang diberikan adalah obsevasi tanda-tanda vital, kaji dan catat tipe dan sisi perdarahan, berikan cairan sesuai indikasi dan awasi pemeriksaan laboratorium seperti Hb dan Ht.
b.      Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara tidak terjadi atau dapat dihindarkan dengan kriteria : secara verbal klien mengatakan nyeri berkurang dan tidak terjadi pembengkakan, adapun rencana tindakan keperawtan yang akan diberikan yaitu, kaji keluhan nyeri termasuk lokalisasi, ajarkan klien untuk melakukan perawatan payudara.
c.       Diagnosa gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot usus dapat teratasi dengan kriteria secara verbal klien mengatakan sudah dapat BAB, adapun rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan yaitu, kaji/auskultasi bising usus, dorong masukan cairan 2.500-3.000 ml/hari, hindari makanan yang membentuk gas, anjurkan klien untuk mobilisasi ringan.
d.      Diagnosa risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif tidak terjadi dengan kriteria : Suhu tubuh tidak melebihi batas normal, tidak terjadi leukositosis, adapun rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan yaitu, kaji tanda vital dan perhatikan jumlah leukosit, perhatikan gejala malaise, menggigil, nyeri tekan pada uterus dan pelvis, kolaborasi dalam pemberian antibiotik : cefotaxime 2x1 g dan metronidazole 2x1 500 ml.

4.      Implementasi
      Rencana keperawatan yang telah diaplikasikan secara nyata pada klien, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan pendelegasian kepada perawat ruangan. Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai perencanaan yang telah ditetapakan sesuai dengan kondisi, situasi serta keadaan klien sekarang. Namun tidak semua intervensi dapat dilaksanakan karena adanya keterbatasan waktu, alat, dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
a.    Untuk mengatasi kekurangan volume cairan pada tanggal 13 Juni 2014, memberikan cairan sesuai indikasi dan mengawasi pemeriksaan laboratorium seperti Hb dan Ht.
b.    Untuk mengatasi nyeri, melakukan dan mengajarkan ibu untuk perawatan  payudara.
c.    Untuk mengatasi gangguan pola eliminasi BAB, yaitu dengan mendorong masukan cairan 2.500-3.000 ml/hari dan memberitahu klien untuk menghindari makanan yang membentuk gas dan mengkonsumsi makan yang tinggi serat.
d.   Untuk mengatasi resiko tinggi terjadi infeksi, berkolaborasi dalam pemberian antibiotik  cefotaxime 2x1 g dan metronidazole 2x1 500 ml.

5.      Evaluasi

           Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk memanatau kemajuan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Dalam menilai hasil proses keperawatan yang dilakukan pada tiap diagnosa yang ditemukan pada klien tidak semuanya dapat teratasi. Diagnosa yang dapat diatasi dan kriterianya tercapai yaitu nyeri akut, gangguan pola eliminasi BAB, dan resiko terjadi infeksi sedangkan masalah yang teratasi sebagian dengan beberapa kriteria yang belum tercapai yaitu kekurangan volume cairan. Hal itu terjadi karena dalam proses peningkatan Hb memerlukan transfusi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan uraian-uraian dari bab sebelumnya maka penulis menarik beberapa kesimpulan dan memberikan rekomendasi sebagai berikut :
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengertian retensio plasenta menurut buku obstetri adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Dan tindakan pertama yang dilakukan yaitu dengan cara manual plasenta, dimana tindakan ini dilakukan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual (mengggunakan tangan) dari tempat implantasinya.
Asuhan keperawatan pada pasien post manual plasenta adalah suatu tindakan yang diberikan pada ibu post partum mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa yang muncul, membuat rencana tindakan mengimplementasikan dan terakhir melakuakan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
Dari hasil pengkajian dan di analisa pada Ny. E dapat ditegakan empat masalah keperawatan yaitu kekurangan volume cairan, nyeri akut, gangguan eliminasi BAB : konstipasi dan risiko tinggi terjadi infeksi. Dan penulis dapat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien dengan post manual plasenta sesuai dengan teori yang ada, kemudian penulis melakukan tindakan keperawtan sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya, dan berkat bantuan dari berbagai pihak implementasi keperawatan dapat diberikan sesuai dengan rencana dan memberikan hasil yang positif terhadap Ny. E yaitu masalah dapat teratasi. Kemudian melakukan pendokumentasian asuahn keperawatan kepada Ny. E dalam bentuk karya tulis ini.
B.     Rekomendasi
Dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan dan ilmu tentang keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan maternitas dengan post manual plasenta, maka rekomendasi dari penulis adalah sebagai berikut :
1.      Bagi perawat diharapkan memandang pasien sebagai makhluk yang unik dan dalam memberikan perawatan harus dilakukan secara komprehensif meliputi aspek bio-psikososial dan spiritualnya, dan menambah pengetahuan serta keterampilan dalam melakukan perawatan pada klien.
2.      Bagi institusi pendidikan, yang telah membekali anak didiknya dengan ilmu pengetahuan yang banyak khususnya dibidang keperawatn agar tercipta sumber daya manusia yang profesional, bermartabat dan berilmu.
3.      Bagi Rumah SAkit RSU dr. Slamet Garut, diharapakan dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kesehatannya.

  SATUAN ACARA PENYULUAHAN
PERAWATAN PAYUDARA POST NATAL


Disusun Oleh :
Intan Rohaeni
KHG. A.11112


PROGRAM D III KEPERAWATAN
STIKes KARSA HUSADA GARUT
2014
SATUAN ACARA PEYULUHAN

POKOK BAHASAN             : Perawatan Postnatal
SUB POKOK BAHASAN    : Perawatan Payudara Postnatal
WAKTU                                 : 30 menit
SASARAN                             : Ibu Post Partum
TEMPAT                                : Ruang Kalimaya
1.      TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan payudara postnatal, diharapkan ibu mampu memahami dan selanjutnya melaksanakan perawatan payudara dengan benar.
2.      TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara postnatal selama 1 x 30 menit ibu post partum mampu :
a.       Menjelaskan tujuan perawatan payudara post natal
b.      Menjelaskan cara perawatan payudara post natal
c.       Melakukan perawatan payudara post natal

3.      KEGIATAN
No
Tahap
Waktu
Kegiatan





Perawat
Ibu Post Partum
Media
1
Pembukaan
5 menit
-     Memberikan salam
-     Perkenalan
-     Menjelaskan tujuan yang ingin dicapai
-     Menggali sebrapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan payudara post natal
-         Menjawab salam

-         Mendengarkan


-         Menjawab pertanyaan

2
Pelaksanaan
20 menit
-       Perawat menjelaskan tentang pengertian, tujuan dan fungsi perawatan payudara post natal
-       Memberikan kesempatan pada ibu nuntuk bertanya
-       Menjelaskan dan menunjukan alat dan bahan yang dipersiapkan untuk perawatan payudara dan hal-hal yang harus diperhatikan
-       Memberi kesempatan ibu untuk bertanya
-       Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh perawat



-       Ikut serta secara aktif dalam perawatan payudara

Leaflet dan demonstrasi langsung pada ibu
3
Penutup
5 menit
-       Melakukan evaluasi dengan demonstrasi
-       Memberikan pujian
-       Memberikan salam penutup
-         Memperhatikan dan melakukan




-         Menjawab salam

 
4.      METODE
a.       Ceramah
b.      Demonstrasi
c.       Tanya Jawab
5.      MEDIA
Leaflet

6.      EVALUASI
Jenis evaluasi   : Redemonstrasi
Wakatu            : Akhir kegiatan
Kriteria Evaluasi
1.      Ibu dapat meyebutkan kembali 4 dari 5 tujuan perawatan payudara post natal.
2.      Ibu dapat menyebutkan alat-alat apa saja yang digunakan untuk perawatan payudara post natal.
3.      Ibu menjelaskan kembali tentang cara perawatan payudara post natal dan melakukan redemonstrasi.

7.      DAFTAR PUSTAKA
1.      Soenarso, Perawatan Ibu dan Dnak Di Rumah Sakit dan Puskesmas, Depkes RI Jakarta.
2.      Ferrer, Helen, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC, 1999
8.      LAMPIRAN
1.      Materi




LAMPIRAN MATERI :
BREAST CARE POST NATAL
(PERAWATAN PAYUDARA SETELAH MELAHIRKAN )
A.    Pengertian
Breast Care (perawatan payudara) adalah pemeliharaan buah dada/payudara sehingga produksi ASI lancer dan menghindari kesulitan dalam menyusui.
B.     Tujuan Perawatan Payudara Post Natal
1.      Memelihara kebersihan payudara
2.      Melenturkan dan menguatkan putting susu
3.      Mengeluarkan putting susu yang masuk ke dalam/ datar
4.      Memperlancar produksi ASI
5.      Agar waktu menyusui, ASI dapat keluar dengan lancer dan menghindari kesulitan dalam menyusui.
C.    Prinsip Perawatan Payudara
1.      Dikerjakan secara sistematis
2.      Menjaga kebersihan sehari-hari
3.      Memakai BH yang menopang payudara
D.    Alat yang harus disiapkan
1.      Baby Oil
2.      Kapas
3.      Dua handuk besar
4.      Dua waaslap
5.      Bwngkok
6.      Gelas
7.      Air hangat dan air dingin dalam baskom
E.     Cara perawatan payudara post natal
1.      Mencuci tangan
2.      Basahi kapas dengan minyak / baby oil, dan kompres putting susu dengan kapas minyak tersebut selama 3-5 menit.
3.      Setelah 3-5 menit, bersihkan putting susu dengan gerakan memutar, bersihkan sampai bersih.
4.      Ketuk0ketuk payudara dengan jari-jari tangan dnegan gerakan memutar.
5.      Gerakan I : Licinkan kedua telapak tangan dengan baby oil, kedua tangan diletakan diantara kedua payudara kearah atas, samping, bawah dan lepaskan kea rah depan (lakukan gerakan 30 kali).
6.      Gerakan II : Licinkan kedua telapak tangan dengan baby oil, Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, dan jari-jari tangan saling dirapatkan, sisi kelingking kanan mengurut payudara kiri dari pangkal payudara kea rah putting, demikian pula pada payudara sebelah kanan (lakukan gerakan 30 kali).
7.      Gerakan III : Licinkan kedua telapak tangan dengan baby oil, telapak tangan kiri menopang payudara kiri, jari-jari tangan dikepalkan, tulang tulang kepalan tangan mengurut payudara dari pangkal kea rah putting (lakukan 30 kali)
8.      Selanjutnya rangsang payudara dengan air hangat dingin bergantian, siram/kompres payudara dengan air hangat dulu baru air dingin, kompres bergantian selama 5 menit.
9.      Keringkan payudara dengan handuk
10.  Gunakan BH yang enopang payudara bukan yang menekan payudara.
11.  Rapikan alat-alat
12.  Cuci tangan

Cara mengeluarkan ASI :
Pijat / urut payudara dari pangkal kea rah putting susu untuk mengeluarkan ASI, bukan hanya memencet putting susunya saja karena dapat menyebabkan iritasi dan ASI tidak dapat keluar dengan lancer.

Jika putting susu masuk ke dalam, cara perawatannya :
1.      Letakkan kedua jari di atas dan di bawah putting
2.      Regangkan daerah aerola dengan menggerakan kedua jari ke atas dan kebawah sebanyak 20 kali.
3.      Letakkan kedua jari di samping kiri dan kanan putting
4.      Regangkan daerah aerola dengan menggerakan kedua jari kea rah kiri dan kanan sebanyak 20 kali.
5.      Lakukan secara teratur sehingga putting susu menonjol
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1.      Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya.
2.      Hindari pemakaian sabun pada payudara
3.      Usahakan menyusui dengan kedua payudara secara bergantian kanan dan kiri.
4.      Hindari gerakan yang kasar yang dapat mememarkan payudara.
5.      Hindari Stress.
6.      Gizi ibu harus diperhatikan untuk meningkatkan produksi ASI.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar